Sulut,- Petani kelapa di provinsi Sulawesi Utara didorong untuk tidak tergantung pada pengolahan kopra, mengingat masih ada potensi produk turunan kelapa yang masih lebih menguntungkan dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dengan biaya produksi yang relatif rendah.
Untuk itu, Pemerintah provinsi Sulawesi Utara melalui Dinas Perkebunan memberikan solusi dengan membangun 24 unit pengolahan minyak kelapa yang tersebar di 15 kabupaten dan kota se-Sulut.
“Saat ini diprioritaskan di daerah-daerah sentral kelapa,” kata Ngantung kepada sejumlah wartawan, Sabtu (15/06/2017) di kantor Gubernur Sulut.
Dirinya menambahkan, keseriusan pemerintah memaksimalkan potensi pengolahan minyak kelapa dibuktikan dengan telah dianggarkannya rencana solutif ini pada APBD Perubahan tahun 2019.
Lanjut dijelaskan Ngantung, dari 24 unit alat pengolah kelapa dapat menghasilkan sebanyak 80 liter minyak kelapa per hari dengan perincian 10 buah kelapa menghasilkan 1 liter minyak kelapa, dengan harga Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu. Itu berarti 1 buah kelapa dihargai Rp. 2.500.
Sedangkan bila kelapa diproduksi menjadi kopra, dalam 1 Kg butuh 5 buah kelapa dengan harga jual kopra Rp 3.000 sampai Rp 4.000/Kg. Itu berarti untuk 1 buah kelapa dihargai Rp. 800-an, bila dipotong biaya, hanya Rp.500/buah.
“Jadi masih jauh lebih menguntungkan mengolah minyak kelapa dibandingkan kopra,” ujarnya.
Lebiha jauh, Ngantung menyebutkan keunggulan lain produk minyak kelapa karena memiliki manfaat untuk kesehatan termasuk kandungan Antioksidan yang baik untuk jantung karena mengandung polifenol.
“Jadi sebenarnya, minyak kelapa jauh lebih sehat dari minyak lain. Makanya, lebih baik kita tingkatkan komsumsi produk minyak kelapa dalam daerah,” ajaknya. (*/ven)
Untuk itu, Pemerintah provinsi Sulawesi Utara melalui Dinas Perkebunan memberikan solusi dengan membangun 24 unit pengolahan minyak kelapa yang tersebar di 15 kabupaten dan kota se-Sulut.
“Saat ini diprioritaskan di daerah-daerah sentral kelapa,” kata Ngantung kepada sejumlah wartawan, Sabtu (15/06/2017) di kantor Gubernur Sulut.
Dirinya menambahkan, keseriusan pemerintah memaksimalkan potensi pengolahan minyak kelapa dibuktikan dengan telah dianggarkannya rencana solutif ini pada APBD Perubahan tahun 2019.
Lanjut dijelaskan Ngantung, dari 24 unit alat pengolah kelapa dapat menghasilkan sebanyak 80 liter minyak kelapa per hari dengan perincian 10 buah kelapa menghasilkan 1 liter minyak kelapa, dengan harga Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu. Itu berarti 1 buah kelapa dihargai Rp. 2.500.
Sedangkan bila kelapa diproduksi menjadi kopra, dalam 1 Kg butuh 5 buah kelapa dengan harga jual kopra Rp 3.000 sampai Rp 4.000/Kg. Itu berarti untuk 1 buah kelapa dihargai Rp. 800-an, bila dipotong biaya, hanya Rp.500/buah.
“Jadi masih jauh lebih menguntungkan mengolah minyak kelapa dibandingkan kopra,” ujarnya.
Lebiha jauh, Ngantung menyebutkan keunggulan lain produk minyak kelapa karena memiliki manfaat untuk kesehatan termasuk kandungan Antioksidan yang baik untuk jantung karena mengandung polifenol.
“Jadi sebenarnya, minyak kelapa jauh lebih sehat dari minyak lain. Makanya, lebih baik kita tingkatkan komsumsi produk minyak kelapa dalam daerah,” ajaknya. (*/ven)