Minut,- Sesuai letak geografi, keberadaan Jalan tol pertama di Provinsi Sulawesi Utara (Minut), gerbangnya berada tepat di wilayah Desa Maumbi Kecamatan kalawat Minut dan pintu akhirnya berada di wilayah Kota Bitung.
Untuk itu, masyarakat Minut tidak sudi kalau tol tersebut malah disebut Tol Manado-Bitung.
"Dimana letak kepatutannya, sedangkan dua gerbang inti berdiri di Minut dan Bitung. Ini harus dipertegas, mengingat lebih dari 75% keberadaan tol ini berada di Kabupaten Minahasa Utara," ujar Ketua Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI Distrik Minut, Howard Hendrik Marius, SE, STh, Kamis (27/12/2019).
Dikatakan Howard, tol ini sebagian besar ada di Minut, anehnya tidak ada penyebutan nama Minahasa Utara. "Contohnya Jakarta ada Tol Jagorawi (Jakarta, Bogor, Ciawi). Seharusnya Tol ini dinamakan seperti MAMBI (Manado, Minut, Bitung)," katanya.
Marius juga bertanya, bila masyarakat Minut setuju dinamakan MAMIBI (Manado, Minut, Bitung) atau setidaknya nama Minut dimasukan, maka sebagai garda terdepan masyarakat Minut, pihaknya akan berjuang.
"Agenda GMBI awal tahun. memperjuangkan nama Tol Manado - Bitung. Kalau perlu tidak ada lagi nama Manado. Bukan itu saja, ada juga Interchange yang wajib diberi nama Minut/identitas Minut. Salam Jabat Erat," pungkas Marius.
Sementara, Ketua LSM Barisan Garuda Indonesia Minahasa Utara (BADAI Minut), Toar Walukow mengingatkan, Jalan Tol pertama di Sulut ini sudah melewati banyak fase-fase rumit, termasuk lewati tanah para Dotu sehingga Waruga di Tanah Tonsea harus dikorbankan dari keaslian letaknya.
"Jadi sudah merupakan hal yang sah dan lumrah bila masyarakat Adat atau orang Tonsea meminta otoritas pemberian nama dan segala sesuatu yang melewati atas Tanah Adat kami. Berikan kami hak untuk kearifan lokal adat dan budaya kami," tukas Toar.
Pihaknya meminta baik Pemprov Sulut dan Pemkab Minut untuk segera wacanakan pemberian nama tol itu.
"Deprov Sulut, Dekab Minut dan segenap unsur terkait juga, seperti Tokoh Adat, Ormas Adat, LSM, terutama yang ada di Minut. Kalau semua sudah dilibatkan, segeralah digelar seminar, lanjutkan Lokakarya, sehingga ada kesepakatan. Dengan begitu masyarakat Minut akan merasa di hargai," tegas Walukow. (Baker)