Kehadiran politisi wanita asal Desa Kolongan ini dalam rangka reses ini pun disambut haru masyarakat. Kegiatan diawali dengan Doa yang dipimpin Pdt Niko Rarumangkay, MTh.
Diketahui, materi Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, dirangkai dengan pemahaman Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, yang rencananya digelar hingga 09 Februari 2020.
Pada penyampaiannya, Adriana merasa sangat bahagia karena untuk seorang Anggota DPR RI, dalam 1 tahun hanya punya kesempatan 5 kali turun reses di dapil.
"Makanya saya sangat bahagia dalam 5 kegiatan tahunan saya, ternyata ada kesempatan turun di Dapil saya, yang kebetulan berada di Desa Watutumouw ini," tutur pentolan Komisi 7 DPR RI yang membidangi Listrik, PLN, Migas, Lipi, Litbang bahkan sekarang sedang merangkap Lingkungan Hidup serta Banwas APBN ini.
Perlu diketahui sewaktu Pilcaleg lalu, Adriana lolos dari Dapil Provinsi Sulawesi Utara dengan perolehan 327 ribuan suara, sehingga ia merupakan anggota legislatif perempuan peraih suara terbanyak kedua DPR/MPR-RI, dan satu hal lagi yang hsrus dibanggakan masyarakat Sulut yaitu, dari 10 politisi DPR/MPR-RI yang duduk di Banggar, Adriana mendapat kursi nomor 4.
"Pemahaman Pancasila sebagai dasar dan ideologi NKRI, kita harus pertebal sebagai pondasi keagamaan, hikmat dan batasan tradisi, adat, budaya dan agama, sehingga kita orang Indonesia adalah negara anti paham Atheisme (tidak beragama) alias komunis. Maka dari itulah bangsa kita wajib beribadah kepada TYM sesuai agama dan keyakinan masing-masing, saling menjaga, menghormati antar satu sama lain," tutur isteri tercinta dari Pnt Hendrik Lotulung.
Mengenai UUD 1945, lanjut Adriana, merupakan tiang raja tatanan hukum dan kedaulatan rakyat, juga gerbong semua undang-undang yang lebih sempurna dan terurai komplit daripada rumusan Pancasila (Alinea ke 4).
Sedangkan Bhineka Tunggal Ika, ini adalah cerminan patokan yang melandasi beraneka ragam suku, bahasa, karakter bahkan agama sehingga karakter rakyat sampai ke kepala daerah tidak membeda-bedakan antara satu sama lain kendati pengaruh globalisasi, yaitu perkembangan teknologi.
"Itulah salah satu tantangan eksternal bangsa kita yang nantinya teruji namun dapat ditanggulangi karena adanya tatanan Kebhinekaan, sehingga torang samua tako Tuhan dalam kehidupan sehari-hari," tukas Dondokambey.
Pada kesempatan menyampaikan pertanyaan dan saran, Andries Kaunang (60-an), Warga Watutumouw Jaga I menanyakan terkait intervensi pihak-pihak yang masih mau mendirikan kerajaan seperti di Tanah Jawa, apa penyebabnya dan bagaimana negara menyikapi itu.
Sementara, warga lainya, Agusta Alouw mengusulkan drainase yang belum maksimal sehingga wilayah Desa Watutumouw masih rentan dengan banjir dan genangan air kotor.
Oleh Adriana, kedua pertanyaan dan saran itu dijawab singkat, padat dan jelas.
"Kalau masalah mereka yang mau mendirikan negara didalam negara, sama saja dengan pembelot atau makar. Mereka sudah diamankan pemerintah dan ditindak sesuai hukumnyang berlaku, dan dididik lagi dalam pemahaman 4 Pilar NKRI. Sedangkan untuk masalah drainase di Desa Watutumouw, saya pasti usahakan agar tertanggulangi secepatnya," pungkas wanita enerjik yang akrab disapa Ibu Na itu.
Ditempat yang sama, Tim Relawan Adriana Dondokambey yang dipimpin Ir Sylvana Kalengkongan-Rotinsulu yang kini menjabat Hukumtua Watutumouw mengaku sangat bangga atas kehadiran Dondokambey yang juga dikenal sebagai Ketua Wanita Kaum Ibu (WKI) Sinode GMIM.
"Kami sangat bangga atas kunjungan Ibu Adriana di desa Watutumouw. Sebab disela-sela kesibukannya, Ibu Adriana masih mengingat kami disini," ucap Rotinsulu. (Baker)