Notification

×

Iklan

Koloay Nilai Pemkab Minsel Sangat Boros Belanjakan APBD

Friday, June 19, 2020 | 21:33 WIB Last Updated 2020-06-19T13:33:39Z
Jaclyn: "Kalau boros bagi kepentingan masyarakat sih tidak apa, tapi inikan malah sebaliknya"

Minahasa Selatan, - Ketua Fraksi Primanas Jaclyn Koloay yang juga anggota Pansus LKPJ Bupati mengatakan, Pemkab Minsel sangat boros membelanjakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 
Sayangnya belanja boros lebih banyak untuk kebutuhan yang tidak penting, serta bertolak belakang dengan kondisi masyarakat. 
Mirisnya tidak sebanding dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih sangat rendah. "Terus terang kami sangat prihatin atas pengelolaan APBD. Anggaran dengan jumlah besar justru banyak dibelanjakan yang tidak penting. Sehingga dapat dikatakan Pemkab Minsel telah melakukan pemborosan. Kalau boros bagi kepentingan masyarakat sih tidak apa, tapi inikan malah sebaliknya," tutur Koloay yang juga ketua DPD Perindo Minsel.
Lanjut dikatakannya pemborosan-pemborosan dapat dilihat pada belanja di Sekretariat daerah (Sekda), khususnya untuk kantor dan rumah dinas bupati. 
Dicontohkannya untuk belanja baju dinas saja Pemkab harus membelanjakan Rp 1.099.500.000, paling besar dipergunakan bagi pakaian khusus hari-hari tertentu yakni sebesar Rp 980.000.000.
"Baju berapa banyak dan model seperti apa sampai belanja baju saja sampai miliaran. Sayangnya dari Sekretariat tidak bersedia memberikan perincian belanja baju tersebut, untuk siapa saja dan berapa nilai masing-masing. Jelas ini patut untuk dicurigai, sebab nilainya memang dapat dikatakan sangat besar dan lagi-lagi tidak memperhitungkan rasa keadilan masyarakat," tekannya.

Dia juga kembali mengupas belanja mebel di lingkup kantor dan rumah dinas yang menurutnya berlebihan. Mebel yang dibelanjakan per unit senilai lebih dari Rp 150 juta, begitu pula kursi ruang rapat seharga Rp 10 juta, meja penandatangan Pemkab harus merogoh anggaran Rp 80 juta. Tidak kalah fantastis belanja makan minum yang total Rp 707.134.615.

"Bayangkan saja belanja air minum sampai kurang lebih Rp 101 juta. Belum lagi belanja-belanja lainnya yang bila disebutkan sangat panjang. Bisa saya katakan ini merupakan pemborosan. Coba bila anggaran tersebut dipangkas sesuai kemampuan daerah dan dialihkan bagi pembangunan yang menyentuh langsung masyarakat," tegasnya.
Dia juga menyorot proyek-proyek 'mercu suar' yang pada akhirnya tidak dipergunakan. Sedangkan anggaran yang telah tersedot mencapai puluhan miliar. 
"Bisa saya sebutkan proyek destilasi air sebanyak empat buah yang total anggarannya Rp 20 miliar. Sampai sekarang hanya menjadi monumen dan tidak difungsikan. Begitu pula dengan green house yang anggarannya tidak kalah fantastis, saat ini kondisinya sangat memprihatinkan karena sebagian besar sudah rusak parah tanpa pernah dipergunakan. Ini baru dilihat dari sudut pemborosan, belum masuk ke dugaan adanya penyimpangan," tandasnya. (Meyvo Rumengan)

×
Berita Terbaru Update