Salah seorang warga yang ditemui saat sedang antri mengatakan kegiatan ini sudah hampir setahun dijalaninya sejak desanya krisis air bersih. "Sudah hampir setahun kami kesulitan air bersih, sementara untuk mendapatkan air bersih kita harus antri berjam-jam," keluh Sandra Pele.
Saat ini untuk mendapatkan air bersih ada dua sumber mata air yang berasal dari kaki Gunung Lolombulan. Namun karena tidak ada bak penampung air bersih yang layak di desa, air tidak dapat sampai langsung ke rumah-rumah warga. Tak pelak, wargapun harus rela antri sampai tiga kali sehari. Apalagi debit air yang keluar juga kecil.
"Saya dalam sehari bisa sampai tiga kali mengambil air disini. Itupun harus antrian juga. Sementara jarak dari rumah saya ke lokasi pengambilan air, lumayan jauh. Ya kalau mau cepat dan mudah dapat air tentu kita harus bayar orang untuk mengambil air di kampung sebelah," kata Seyni Moto.
Dikatakannya pemerintah kabupaten hingga kini belum ada tindakan mengatasi kesulitan warga akan air bersih. Karenanya dia meminta pemerintah kabupaten ataupun desa turun tangan mengatasi krisis air, lantaran warga banyak waktu terbuang untuk antri air. Apalagi sudah hampir setahun dan telah dilaporkan.
"Semoga ada perhatian secepatnya dari pemerintah atas krisis ini. Apalagi sudah beberapa minggu tidak turun hujan. Untuk sekedar mandi dan cuci saja kami sudah kesulitan," tambahnya. (Meyvo Rumengan)
