Akibat kelangkaan warga memintakan pihak Pertamina sebagai penanggungjawab dapat menjelaskan apa yang melatar belakangi.
Keinginan ini karena tiap kali dikeluhkan ada kelangkaan, pihak Pertamina selalu mengatakan stok cukup. Sedangkan di lapangan justru terjadi yang sebaliknya.
“Pertamina harusnya menjelaskan, apa yang sebenarnya terjadi. Saat ini orang-orang antre mendapatkan gas 3 kg. Padahal sekarang masih pandemi Covid-19. Jangan hanya mengatakan stok cukup malah lebih namun kenyataan di lapangan warga kesulitan mendapatnya,” kata Aldy Monareh warga Desa Kumelembuai.
Dia meyakini, jika Pertamina konsisten menjalankan kebijakan atas dasar apa yang telah diatur, maka kelangkaan gas elpiji tidak akan terjadi. Jika pun kemudian kelangkaan tetap terjadi, lanjut ketua BPD itu. Harusnya Pertamina bisa mempertanyakan langsung kepada para distributor, agen dan pengecer.
"Karena pasti data sudah ada. Tapi kenapa bisa seperti ini (terjadi kelangkaan) pasti ada yang dipermainkan."sesalnya.
Monareh juga meminta pemerintah Kabupaten yakni Bupati mencabut izin distributor yang terbukti bermain dan memanfaatkan kelangkaan gas elpiji.
"Kita jangan pelihara pengusaha yang nakal seperti itu, kasihan masyarakat,” imbuhnya.
Sebagaimana informasi diperolah. Warga begitu kesulitan mendapatkan jatah elpigi 3 kg. Mereka menyesali keberpihakan agen yang selalu mengutamakan pembelian para pengecer yang membeli stok lebih banyak, sehingga mereka dengan seenaknya mempermainkan harga jauh dari HET yang telah ditetapkan oleh pemerintah. (Meyvo Rumengan)