Poluan Minta Ketua Sinode dan Gubernur Sulut Evaluasi Kinerja Manajemen
MINUT, Komentar.co - Sejumlah masyarakat Kelurahan Sarongsong Satu yang lebih dikenal dengan sebutan warga 'Dembet' tampak berkerumun didepan Rumah Sakit Umum GMIM Airmadidi, Sabtu (04/06/2022) sore.
Kepada awak media mereka mengeluhkan sistem pelayanan dirumah sakit paling tua di Kabupaten Minahasa Utara itu terkait penanganan pasien yang dinilai tidak manusiawi.
"Mereka seolah tidak punya belas kasihan. Saya dari jam 10 pagi, antre sampai jam 1, seakan dibiarkan. Padahal saya belum sarapan dan belum minum obat. Makanya luka dikepala saya semakin nyut-nyut (sakit)," keluh Angel Poluan IRT korban laka tunggal asal Dembet sambil meringis menahan sakit dikepalanya.
Padahal lanjut Angel, dia adalah pasien/pengunjung lanjutan karena sewaktu mengalami kecelakaan beberapa hari lalu, ia dirawat di RSU GMIM Airmadidi ini.
"Karena merasa sudah cukup lama, sudah lapar dan belum minum obat, saya dan suami bertanya kepada pegawai disitu, apa masih lama giliran saya, salah seorang perempuan diantara para pegawai malah menyuruh saya cari rumah sakit lain saja. Apakah itu layak," tukas Angel kecewa.
Sedih, lapar dan nyeri menahan sakit dikepalanya, Angel berusaha bertahan sambil bertanya lagi, apa masih lama penanganan dirinya.
"Dan perempuan itu bilang, kalau begitu, pulang makan saja dulu baru kembali. Memang enak bicara begitu, tapi saya kan sedang kesakitan. Apakah pegawai rumah sakit GMIM tidak dididik untuk santun kepada pasien. Kalau saya pulang makan dan terjadi hal tak diinginkan dengan saya, siapa yang akan bertanggungjawab," ujar Angel sedih.
Dikonfirmasi Wartawan terkait pelayanan itu, dia disambut tiga (3) pegawai diruang administrasi.
Demi menjunjung netralitas profesi jurnalis, wartawan merekam video, untuk mendapatkan bukti jawaban dari pihak RSU Tonsea Airmadididi yang merupakan rumah sakit 'Senior'.
Namun sangat disayangkan, seorang pria (salah satu dari 3 pegawai) itu langsung bilang kepada kedua rekannya untuk tidak usah memberi keterangan.
"Nda usah perduli pa dia," ajaknya sambil membelakangi wartawan.
"Aduh, wartawan saja mereka sambut seperti itu, apalahlgi hanya kami pengantar pasien. Apa menjadi pegawai di RS ini tidak dilatih sopan santun dan tata krama, apalagi ini kan Rumah Sakit nya Umat Kristen Protestan, payah kalau begini respon pegawai terhadap tamu. Di Jawa saja tidak ada pelayanan seperti ini," ujar suami Angel Poluan.
Sementara Angel Poluan yang tak tahan lqgi dengan rasa nyeri dikepalanya, langsung mangajak suaminya ke RSUD Walanda Maramis.
"Untuk apa berurusan dengan orang-orang berhati es seperti mereka. Lebih baik saya ke RSUD Walanda Maramis," ujar wanita itu.
Setelah membatalkan uang administrasinya, Angel dituntun suaminya memasuki mobil berjalan tertatih-tatih menahan nyeri, pindah ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Walanda Maramis.
Di RSUD Walanda Maramis pasien yang malang itu langsung mendapat pelayanan dari dokter.
"Harusnya sebagai rumah sakit umat beragama, pegawanya ramah dan santun. Ini malah sebaliknya, masa bodoh dan cuek. Coba lihat bedanya mereka dengan pihak RSUD Walanda Maramis. Saya langsung diberi penanganan sambil keluarga saya mengurus administraai," kata Angel membandingkan.
Kepada Ketua Sinode GMIM dan Gubernur Sulut, Angel meminta untuk mengevaluasi kinerja, sikap dan pelayanan pegawai RSU GMIM Tonsea Airmadidi.
"Pekerjakan orang yang terlatih dan berperasaan terhadap pasien. Kami tidak datang untuk pelayanan gratis. Sebagai Jemaat GMIM Airmadiidi dan warga Airmadidi, saya berharap semoga hanya saya saja yang mendapat perlakuan seperti ini. Semoga Pak Ketua Sinode GMIM dan Pak Gubernur Sulut mengevaluasi sikap pegawai di RSU GMIM Tonsea," tandasnya. (Baker)
