Foto: Aparat bersenpi saat berada dilokasi tambang |
MINUT, Komentar.co - Polemik berkepanjangan wilayah tambang desa Tatelu, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) kembali menyeruak akibat sejumlah aparat berseragam lengkap dengan sejata api (senpi) kerap hadir dan melarang masyarakat beroperasi di lokasi tambang Rakyat Batu Emas Tetelu.
Diketahui, sejumlah aparat turun langsung berbekal surat perintah atasan tertinggi, karena area ini masuk dalam objek vital nasional (Obvitnas).
Rabu (7/6/2023), terpantau beberapa awak media, disela kesibukan para penambamg beraktifitas mempertaruhkan nyawa masuk ke dalam lubang puluhan meter, pada salah satu pemilik lubang, mendadak didatangi empat sekurity dikawal beberapa aparat berseragam hitam-hitam menenteng senpi yang meminta menghentikan aktifitas penambang.
Setelah sempat berdialog, mulai merasa gerah dengan sikap perusahaan PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN) yang tidak pernah menghadirkan bidang terkaitnya selain hanya mengutus sekurity dan aparat, yang meminta mereka hentikan aktivias, sejumlah pemilik lubang mengadapi aparat yang mengaku hanya diperintah atasan mereka.
"Komandan, kami rakyat kecil yang mencari makan secara halal disini. Kami sudah lelah dengan drama seperti ini. Kalaupun mau suruh kami berhenti, kami minta pihak perusahaan hadir dan kita berdialog baik-baik, sampai ada solusi bersama, baru kami berhenti dengan legowo," pinta Glendy Wuisan salah satu pengusaha tambang itu.
Glandy dan para penambang mengecam sikap PT TTN yang hanya memanfaatkan aparat, tanpa hadir, duduk bersama, membahas penyelèsaian akhir dari masalah kepemilikan area tambang rakyat ini.
"Janganlah perusahaan membenturkan kami rakyat dengan aparat. Kami rakyat tak bersenjata, dan sangat menghormati aparat. Kami sudah rugi waktu dan uang tak sedikit. Perusahaan janji akan ganti rugi biaya kami yang keluar. Lalu kapan, mana juru bicara perusahaan, kenapa harus pakai aparat bersenjata. Kami pasrah kalau aparat mau tembak kami, asal buktikan apa kesalahan kami. Ingat komandan, kami bukan KKB Papua," ujar Glandy sedih.
Kepada atasan para aparat bersenjata lengkap juga, Glandy dan masyrakat meminta untuk menggunakan hati nurani sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan.
"Bapak-bapak aparat tolong bekerja dengan hati nurani sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan. Memang anda diperintah atasan untuk mengawal Obvit sesuai tupoksi. Tapi pihak perusahaan harus ada ditengah-tengah anda, untuk bicara supaya bapak-bapak aparat dapat melihat mana yang obvit, mana yang seakan-akan obvit," sindir Glandy.
Setelah komandan regu mempersilahkan Glandy Wuisan bernegosiasi dengan kepala tim mereka (seorang aparat) via ponsel dengan memasang speaker, akhirya Glandy dan semua penambang kembali mengalah, namun dia mengingatkan bahwa besok pagi, mereka akan kembali turun bekerja.
Setelah komandan regu mempersilahkan Glandy Wuisan bernegosiasi dengan kepala tim mereka (seorang aparat) via ponsel dengan memasang speaker, akhirya Glandy dan semua penambang kembali mengalah, namun dia mengingatkan bahwa besok pagi, mereka akan kembali turun bekerja.
"Malam ini kami kembali mengalah, mengingat bapak-bapak petugas sudah capek. Namun besok kami akan turun kerja, kami minta pihak TTN hadirkan bagian Legal, bagian Land dengan Humas sebagai juru bicara serta Hukum Tua DesaTatelu. Kami hargai aparat, kami tidak ada masalah dengan aparat," pintanya diamini rekan-rekannya.
Dari pihak perusahaan kepada wartawan, pemimpin aparat ini meminta supaya wartawan menilai kehadiran mereka dengan bijaksana untuk pemberitaan.
"Kami hanya menjalankan tugas melalui surat perintah dari petinggi bintang dua kami, yaitu untuk mengamankan objek vital nasional. Untuk urusan lain, kami tidak turut campur. Dan setelah kordinasi antara saudara Gland dengan Katim (Kepal Tim) kami sepakat, maka kamipun akan tinggalkan tempat ini " ujarnya santun.
Sangat disayangkan, sampai berita ini dipublish, dari pihak perusahaan tak dapat dikonfirmasi untuk memberi penjelasan atas permasalahan yang berlarut-larut dilokasi tambang desa Tatelu yang sebelumnya diklaim milik PT TTN.(Baker)