Notification

×

Iklan

Artikel Tentang Negara Asia Pasifik: Kebudayaan Thailand

Saturday, June 15, 2024 | 15:12 WIB Last Updated 2024-06-18T03:33:19Z
Oleh: Kirey Syalomitan Suwu
Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi

Foto: Istimewa

THAILAND 
merupakan negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tak pernah dijajah. dengan luas wilayah mencapai 510.000 kilometer persegi. Muangthai atau Thailand disebut juga Negeri Gajah Putih.

Thailand, dengan sejarah panjang dan warisan budayanya, adalah salah satu negara yang menjadi magnet bagi para pelancong dari seluruh dunia. Terletak di Asia Tenggara, Thailand memiliki keunikan budaya yang tidak hanya terlihat dari pakaian tradisional, tarian, dan musiknya, tetapi juga dari kepercayaan spiritual, nilai-nilai, serta tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Sejarah Budaya Thailand
Asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan Sukhothai. Kebudayaan Thailand dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan 
diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania.

Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan dimulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, negara ini mengganti namanya menjadi Thailand pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya pasca-Perang Dunia II. Pada perang tersebut, Thailand bersekutu dengan Jepang; tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Thailand menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun setelah berakhirnya perang, tetapi Thailand mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an. Kerajaan Sukhothai adalah salah satu kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota Sukhothai, berdiri sejak tahun 1238 sampai 1438. Sebelumnya wilayah kerajaan ini adalah bagian dari Kerajaan Khmer.

Pada puncak kejayaannya di bawah raja ketiga Ramkhamhaeng, Sukhothai diperkirakan terbentang dari wilayah yang sekarang termasuk Myanmar) sampai ke dalam wilayah Laos modern, serta ke arah selatan di Semenanjung Malaya. Setelah kematian Ramkhamhaeng, Sukhothai melemah dan berbagai kerajaan bawahannya mulai melepaskan diri. Pada tahun 1438, status Sukhothai berubah hanya menjadi sekadar provinsi dari Ayutthaya. Kerajaan Ayutthaya didirikan pada tahun 1350 Raja Ramathibodi I (Uthong), yang mendirikan Ayyuthaya sebagai ibu kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan Sukhothai pada tahun 1376.

Dalam perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan berbagai negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang, Persia dan beberapa negara Eropa. Setelah melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Pada masa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesusastraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam Selatan) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas Kamboja.

Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari Burma dengan pemimpin Raja Alaungpaya yang baru berkuasa setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Burma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya. Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah pengepungan yang berlarut-larut. Setelah serbuan Burma yang membumihanguskan ibu kota Ayutthaya, Jenderal Taksin mendirikan kerajaan baru pada tahun 1769 yang beribu kota di Thonburi (sekarang termasuk dalam Bangkok) dan menyatukan kembali bekas kerajaan Ayutthaya.

Taksin kemudian dianggap gila dan dieksekusi tahun 1782,dan digantikan oleh Jenderal Chakri, yang menjadi raja pertama dinasti Chakri dengan nama Rama I. Tahun yang sama dia mendirikan ibu kota baru di Bangkok, di seberang sungai Chao Phraya dari ibu kota lama yang didirikan Jenderal Taksin. Pada tahun 1790-an Burma berhasil diusir dari Siam. Para penerus Rama I harus menghadapi ancaman kolonialisme Eropa setelah kemenangan Britania di Burma tahun 1826. Pada tahun yang sama Siam menandatangani perjanjian dengan Britania Raya, dan tahun 1833 Siam menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Perjanjian Inggris-Siam 1909 menentukan batas-batas Siam dengan Malaya, sedangkan serangkaian perjanjian dengan Prancis mematok batas timur dengan Laos dan Kamboja. Kudeta tahun 1932 mengakhiri monarki absolut di Thailand, dan mengawali munculnya kerajaan Thailand modern.

Modern Thailand
Kudeta tahun 1932 mengubah Siam menjadi Thailand modern yang berupa monarki konstitusional. Perubahan nama dari Siam menjadi Thailand sendiri baru diumumkan Perdana Menteri Plaek Pibulsonggram (Phibun) pada tahun 1939. Pemerintahan Perdana Menteri Phibun ini ditandai dengan bangkitnya nasionalisme Thai. Pada bulan Januari 1941, Thailand menginvasi Indochina Prancis, dan memulai perang ThaiPrancis. Thailand berhasil merebut Laos, sedangkan Prancis memenangkan pertempuran laut Koh-Chang.

Perang tersebut berakhir lewat mediasi Jepang. Prancis dipaksa Jepang untuk melepaskan wilayah sengketa kepada Thailand. Dalam perang dunia II Thailand memberi hak kepada Jepang untuk menggerakkan pasukannya dalam wilayah Thailand menuju Malaya, yang pada saat itu dikuasai Inggris. Pada bulan Desember 1941 Thailand dan Jepang menyetujui persekutuan militer yang berisi persetujuan Jepang untuk membantu Thailand untuk merebut kembali wilayah yang diambil Britania dan Prancis (Shan, Malaya, Singapura, sebagian Yunnan, Laos dan Kamboja).

Sebagai imbalannya, Thailand akan membantu Jepang menghadapi Sekutu. Setelah kekalahan Jepang, Thailand diperlakukan sebagai negara yang kalah oleh Britania dan Prancis. Namun dukungan Amerika Serikat terhadap Thailand membatasi kerugian yang diderita Thailand. Thailand harus mengembalikan wilayah yang diperolehnya dari kedua negara Eropa tersebut, tetapi Thailand sendiri tidak diduduki. Thailand kemudian menjadi sekutu Amerika Serikat menghadapi ancaman komunisme dari negara-negara tetangganya. Pada tahun 1967, bersama-sama dengan Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina, Thailand mendirikan ASEAN dan aktif sebagai anggota di dalamnya.

Bahasa dan Salam Thailand
Dituturkan oleh mayoritas penduduk negara tersebut, bahasa resmi Thailand adalah bahasa Thailand. Meskipun memiliki beberapa dialek, bahasa Thailand Tengah adalah yang paling umum digunakan. Selain bahasa Thailand, beberapa bahasa dan dialek lain, termasuk bahasa Isan, Yawi, dan berbagai bahasa Suku Bukit, juga digunakan di seluruh negeri, khususnya di wilayah regional yang lebih kecil.
Meskipun bahasa Inggris digunakan dan dipahami secara luas di kota-kota besar seperti Bangkok dan Phuket serta kawasan wisata populer, kecil kemungkinan Anda akan menjumpai penutur bahasa Inggris di daerah pedesaan.

Salam: Salah satu sapaan yang paling umum digunakan di Thailand adalah wai. Digunakan untuk mengucapkan halo, selamat tinggal, terima kasih, atau untuk menunjukkan rasa hormat, sapaan ini terdiri dari menyatukan kedua tangan dalam gerakan seperti berdoa dan sedikit menundukkan kepala. Semakin rendah Anda membungkuk, semakin banyak rasa hormat atau kesopanan yang Anda berikan kepada orang yang Anda sapa.

Pengaruh Agama Buddha di Thailand

Agama Buddha Theravada adalah agama dominan di Thailand, dengan lebih dari 90% penduduknya mengidentifikasi diri sebagai penganut Buddha. Agama ini tidak hanya mempengaruhi kepercayaan spiritual masyarakat Thailand, tetapi juga cara hidup, seni, dan tradisi mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, orang Thailand seringkali melibatkan ritual dan upacara Buddha, mulai dari pemberkatan oleh biksu hingga perayaan hari-hari suci Buddha.

Terdapat tiga hal utama yang mempengaruhi perkembangan agama Buddha di Thailand. Pengaruh yang paling terlihat adalah ajaran Buddha Theravada. Hal tersebut dapat diketahui dengan penggunaan bahasa Pali sebagai bahasa keagamaan di Thailand, meskipun tidak banyak dimengerti oleh masyarakat Thailand pada umumnya. Kitab-kitab suci dituliskan dalam bahasa Pali dan beraksarakan aksara Thai ataupun aksara Khmer. Hal lain yang mempengaruhi agama Buddha di Thailand adalah pengaruh Hinduisme dari Kamboja, terutama pada masa kerajaan Sukhothai.

Agama Hindu mempunyai pengaruh yang sangat kuat terutama pada masa awal pembentukan institusi kerajaan Thailand. Selain itu, terdapat beberapa praktik agama Hindu yang masih dijalankan oleh sebagian besar masyarakat Thailand, yaitu pemujaan kepada dewa Brahma dan pengangkatan raja yang 
dipandu oleh para pandita Hindu. Pengaruh lain terhadap agama Buddha di Thailand adalah kepercayaan asli masyarakat Thailand. Hal itu terjadi pada para bhikkhu di wilayah pedesaan yang memberikan larangan tertentu kepada masyarakat yang tidak berdasar kepada Vinaya, tetapi berdasarkan larangan dari kepercayaan lokal.

Selain itu, astrologi, pembuatan dan pemeliharaan jimat dan mantra-mantra, serta numerologi mempunyai peran yang signifikan dama agama Buddha di Thailand, meskipun hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang tercela oleh sang Buddha.

Upacara Keagamaan Thailand 
Thailand, dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha, memiliki beragam upacara keagamaan yang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakatnya. Salah satu upacara yang paling sakral adalah upacara pemberian alms atau 'Tak Bat'. Dilakukan setiap pagi, para biksu berjalan berbaris di jalan-jalan untuk menerima sedekah makanan dari masyarakat. Selain itu, ada juga upacara Waisak, yang merayakan kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha. Selama upacara ini, kuil-kuil dihiasi dengan lampu dan bunga, serta diadakannya doa bersama dan ritual lainnya.

Upacara-upacara ini tidak hanya menunjukkan keimanan masyarakat, tetapi juga menggambarkan kedekatan mereka dengan tradisi dan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Songkran juga adalah salah satu tradisi di Thailand yang terkenal di seluruh dunia.

Vihara dan Kuil-kuil Agung

Kuil atau yang dikenal dengan 'Wat' di Thailand adalah salah satu representasi fisik dari kekayaan budaya dan spiritual negara ini. Di setiap kota dan desa di Thailand, Anda pasti akan menemukan kuil yang berdiri megah. Dua di antaranya yang paling terkenal adalah Wat Phra Kaew yang berada di kompleks Istana Kerajaan Bangkok, di mana Anda dapat menemukan Buddha Zamrud yang terkenal, dan Wat Arun yang berada di tepi sungai Chao Phraya dengan arsitektur khas yang memukau saat matahari terbit atau terbenam. Kuil-kuil ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan komunitas bagi penduduk lokal.

Seni dan Musik Tradisional Thailand

Seni dan musik memiliki tempat yang spesial dalam budaya Thailand. Di setiap festival atau perayaan, seni dan musik selalu hadir untuk menambah kemeriahan. Dengan pengaruh dari berbagai kerajaan yang pernah berkuasa dan interaksi dengan negara-negara tetangga, seni dan musik Thailand telah berkembang menjadi unik dan khas.

Tarian Tradisional
Tarian tradisional Thailand dikenal dengan gerakan yang lembut, anggun, dan penuh makna. Salah satu tarian paling terkenal adalah 'Ram Thai'. Tarian ini menggambarkan cerita-cerita legenda atau kisah-kisah dari kitab suci Buddha. Para penari, dengan kostum yang mewah dan penuh warna, bergerak dengan keanggunan yang luar biasa, sambil diiringi oleh musik tradisional. Setiap gerakan tangan, mata, dan kaki memiliki arti tertentu dan menjadi media 
untuk menceritakan sebuah kisah.

Alat Musik Khas Thailand
Musik tradisional Thailand memiliki ciri khas yang membedakannya dari musik negaranegara lain di Asia Tenggara. Alat musik seperti 'Ranat' (semacam xilofon), 'Khong Wong' (gong yang diletakkan dalam lingkaran), dan 'Saw Sam Sai' (sejenis biola dengan tiga senar) adalah beberapa contoh alat musik tradisional yang sering mengiringi tarian dan upacara-upacara khusus. Musik dari alat-alat ini menghasilkan melodi yang merdu dan khas, memberikan nuansa magis pada setiap perayaan atau pertunjukan di Thailand.

Pakaian Adat dan Cara Berpakaian Thailand

Pakaian adat Thailand, yang dikenal dengan 'Chut Thai', adalah representasi dari keanggunan dan kekayaan budaya negara ini. 'Chut Thai' memiliki beragam variasi tergantung pada acara dan status sosial pemakainya. Untuk wanita, pakaian ini biasanya terdiri dari kain panjang yang dikenakan di bagian bawah tubuh dan blus dengan motif-motif tradisional. Sementara untuk pria, 'Chut Thai' lebih sederhana dengan kain panjang yang dikenakan seperti sarung dan kemeja lengan panjang. Aksesori seperti selendang, perhiasan tradisional, dan pita 
rambut seringkali melengkapi penampilan, menambah keanggunan pada pemakainya.

Berpakaian di Thailand adalah keseimbangan antara merasa nyaman di iklim negara yang panas dan lembab dan juga menghormati norma-norma budaya. Sebagai negara tropis, pakaian yang ringan dan menyerap keringat direkomendasikan agar tetap sejuk dan nyaman.


Kode Pakaian Umum
Pakaian kasual, ringan, dan nyaman cocok untuk sebagian besar situasi, namun pakaian yang terlalu terbuka umumnya tidak disukai. Celana pendek dan kemeja tanpa lengan dapat diterima di banyak tempat, namun usahakan untuk menghindari rok yang terlalu pendek atau atasan yang memperlihatkan banyak belahan dada.

Mengunjungi Kuil dan Tempat Keagamaan
Saat mengunjungi kuil atau tempat keagamaan lainnya, sebaiknya berpakaian lebih 
konservatif. Bahu dan lutut harus tertutup, artinya tidak boleh mengenakan tank top, crop top, rok pendek, atau celana pendek. Celana panjang dan kemeja atau blus berlengan umumnya dapat diterima. Banyak kuil yang menawarkan sarung atau pakaian penutup bagi wisatawan yang datang dengan pakaian yang tidak pantas, namun yang terbaik adalah mengambil inisiatif dan berpakaian pantas jika Anda berencana mengunjungi tempat keagamaan pada hari itu. Anda juga dapat membawa syal atau pakaian lain untuk menutupi siang hari dan mengenakannya 
sesuai kebutuhan.

Tradisi-tradisi Populer 

Thailand, dengan warisan budayanya yang kaya, memiliki berbagai tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi-tradisi ini bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga refleksi dari nilai-nilai, kepercayaan, dan sejarah bangsa Thailand. Mulai dari upacara keagamaan, festival tahunan, hingga ritual sehari-hari, setiap tradisi memiliki cerita dan makna khusus di baliknya.

Festival Songkran
Festival Songkran, yang juga dikenal sebagai festival air atau Tahun Baru Thailand, dirayakan setiap tahun pada pertengahan April. Ini adalah festival yang penuh dengan keceriaan, di mana orang-orang saling menyiramkan air sebagai simbol penyucian dan keberuntungan. Selain itu, tradisi lainnya adalah mengunjungi kuil untuk berdoa dan memberikan persembahan. Songkran juga merupakan waktu untuk keluarga berkumpul, mengenang leluhur, dan mempersiapkan diri untuk tahun yang baru dengan hati yang bersih.

Loy Krathong
Loy Krathong, yang biasanya jatuh pada bulan November, adalah salah satu festival paling romantis dan indah di Thailand. Festival ini dirayakan dengan melayangkan 'krathong', semacam perahu kecil yang terbuat dari daun pisang dan dihiasi dengan bunga, lilin, dan dupa, ke sungai atau danau. Loy Krathong merupakan tanda terima kasih kepada dewi air dan permohonan maaf atas kesalahan yang telah dilakukan. Selain melayangkan 'krathong', langit malam juga dimeriahkan dengan lampion terbang, menciptakan pemandangan yang memukau dan tak terlupakan.

Waisak (Hari Visakha Bucha)
Waisak juga dikenal sebagai Hari Lahir Buddha, hari libur penting bulan Mei atau Juni ini memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha Gautama dalam tradisi Theravada. Hari ini dianggap sebagai salah satu hari paling penting dalam kalender Buddha, ditandai dengan upacara khusus di kuil, meditasi, dan pertunjukan pengabdian di depan umum, seperti prosesi dan tindakan amal.

Ulang Tahun Raja (Hari Ayah)
Diperingati pada tanggal 5 Desember, hari libur ini juga dikenal sebagai Hari Ayah dan merayakan hari ulang tahun mendiang Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX), yang masih sangat dicintai dan dihormati oleh masyarakat Thailand. Hal ini ditandai dengan perayaan nasional, termasuk kembang api, parade, dan konser, dan kunjungan ke Istana Agung di Bangkok sangat populer, karena dekorasi cahayanya yang indah.




×
Berita Terbaru Update