Notification

×

Iklan

Pengakuan di Podcast, Ketua KP Remaja GMIM MEP Dihianati E2L sebagai Cawagub

Tuesday, October 29, 2024 | 12:23 WIB Last Updated 2024-10-29T04:23:57Z
Michaela Elsiana Paruntu dalam podcast yang bertajuk "MEP Menjawab" beberapa waktu lalu.


SULUT, Komentar.co -
Ternyata dr Michaela Elsiana Paruntu MARS (MEP) sangat serius menjadi Calon Wakil Gubernur (Cawagub) berpasangan dengan Cagub dr Elly Engelbert Lasut (E2L) di pemilihan gubernur (Pilgub) provinsi Sulawesi Utara (Sulut) 2024 ini.

Dari yang diungkapkan MEP di Podcast bersama salah satu media ternama di daerah ini, terindikasi bahwa Ketua Remaja Sinode GMIM ini dihianati calon gubernur (Cagub) E2L untuk menjadi Cawagub Sulut.

Pada podcast Tribun Manado 5 Oktober 2024 yang bertajuk "MEP Menjawab", Paruntu yang juga selaku Ketua Komisi Pelayanan (KP) Remaja Sinode (KPRS) GMIM menjelaskan secara gamblang kejadian sebenarnya. Pada kesempatan itu MEP mengaku meiliki komitmen yang kuat untuk maju tapi kemudian justru diganti di waktu mendekati tahapan pendaftaran pasangan calon (Paslon) di KPU Sulut.

Paruntu mengaku sejak awal tidak pernah berpikir untuk maju di Pilkada, karena dirinya sudah terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Sulut. MEP bahkan sempat menolak tawawran untuk maju sebagai wakil gubernur dari beberapa pihak, tidak hanya dari Elly Lasut.

MEP menceritakaan sebenarnya Christiany Eugania Paruntu (Ketua DPD Golkar Sulut) yang mendapat tugas untuk maju di Pilkada apabila ada tawaran sebagai calon gubernur atau calon wakil gubernur. Namun CEP lebih memilih fokus dalam jabatannya sebagai salah satu anggota DPR RI terpilih daerah pemilihan Sulawesi Utara. Sehingga MEP yang dalam struktur partaii sebagai ketua DPD II Golkar Minsel diminta untuk maju.

"Aku sempat ngomonglah (berbicara) pada dasarnya sebagai bawahan dalam struktur mohon untuk dipertimbangkan kembali. Karena itu di awal-awal para calon gubernur ini menawarkan diri untuk coba deh kita pasangan itu semuanya ditolak," ujarnya.

Ia kemudian mendapat panggilan menghadap oleh DPP Golkar.

"Di saat itu pas menghadap, saya juga agak kaget kan pas ketemu, ini kenapa ada dari Demokrat datang, dan akhirnya dengan pembicaraan dan sudah, istilahnya kita ngomong duluanlah, ketemulah dengan DPP kami, waktu itu Ketum kami masih Airlangga Hartanto, diberikanlah SK rekomendasi, surat rekomendasi sebenarnya bukan surat B1KWK, tetapi rekomendasi untuk bahwa pasangan ini akan dicalonkan oleh Partai Golkar," ungkapnya.

Seiring berjalan waktu, dia mulai berpikir untuk melepas peluang menjadi anggota DPRD Sulut meski telah terpilih, guna fokus menuju calon wakil gubernur.

"Akhirnya di saat keluar berita itu bergeraklah semua level, terutama dari Partai Golkar. Mesin partai bergerak, dan juga tentu organisasi-organisasi yang mengenal saya. Kita tahu lah bersama pelayanan-pelayanan kita di masyarakat itu seperti apa. Bergerak secara luar biasa sih tanpa dikomando tiba-tiba muncul relawanlah, muncul apa begitu," jelas MEP.

"Sebenarnya sudah berjalan dengan baik sih, dan yah begitu, politik berubah dan bergoyang," lanjut dia.

Selanjutnya terjadi dinamika politik dimana terjadi penggantian Ketua DPP Golkar. Dan pada akhirnya SK B1KWK dari Partai Golkar tidak diberikan kepada pasangan E2L-MEP.

Meski begitu MEP masih memiliki keyakinan untuk maju sebagai calon wakil gubernur mendampingi E2L. Dimana mengacu putusan Mahkamah Konstitusi Demokrat sejatinya bisa mengusung sendiri dengan jumlah suara sah di Pemilu.

"Dan sampai hari terakhir itu, penerimaan SK Golkar itu di tanggal 25 Agustus, hari Minggu, saya ingat benar itu hari Minggu. Karena saya dari Manado harus balik lagi ke Jakarta berharap akan menerima SK, tiba-tiba berubah di detik-detik terakhir. Dan setelah pulang, subuhnya karena saya harus menyelesaikan berkas-berkas toh semua untuk dalam rangka untuk pendaftaran di KPU dengan Pak Elly," kata MEP.

"Dan di tanggal 26 pagi saya tiba di Manado, berkas- berkasnya 70 persen sudah selesai. Dan harusnya hari itu adalah hari terakhir saya menyelesaikan berkas, karena rencananya komunikasi saya dengan Pak Elly kita akan daftar di KPU itu tanggal 27, hari pertama pembukaan pendaftaran calon gubernur dan calon wakil gubernur di KPU Sulawesi Utara. Jadi saya harus kerjain kan, namanya calon gubernur udah ngomong, sebagai calon wakil gubernur harus menyesuaikan, memberikan yang terbaiklah.

"Dalam proses menyelesaikan berkas-berkas, itu ada komunikasi terjadi, ada satu hal yang, wah kaget juga gitu kan. Ada beberapa informasi yang diterima, yah saya konfirmasi ke calon gubernur," ucap dia.

Sampai tanggal 26 Agustus, MEP masih merasa dirinya sebagai calon wakil gubernur.

"Tanggal 26 Agustus masih bersama saya, dan akhirnya setelah mendengar informasi itu sampai saya ditelepon oleh ketua saya, dalam hal ini Ibu CEP, menyampaikan coba kamu cek, saya dapat informasi di Jakarta sepertinya nama kamu sudah diganti," ungkap MEP.

CEP kemudian bertanya langkah yang akan diambil Michaela.

"Kita sebagai seorang yang bekerja bersama masyarakat di dunia politik, kita nggak pegang apa-apa, kita hanya pegang komitmen. Kepercayaan yang diberikan kan. Jadi saya pada waktu itu jawab, oh terima kasih ketua atas informasinya, sampai saat ini, sampai detik ini saya masih tetap komit bersama Pak Elly. Mungkin yang akan saya lakukan adalah konfirmasi," jawabnya kepada CEP.

"Dan malam itu kami bertemu di jam 7-8 malam di Manado, pembicaraan itu berlangsung ada hal-hal yang disampaikan ke saya, ada permintaan-permintaan yang disampaikan ke saya, salah satunya adalah saya dimintakan karena mereka mungkin khawatir dengan pergolakan yang terjadi di dalam partai politik di Partai Golkar," jelasnya.

"Saya diminta untuk melepas kartu anggota. Saya, jadi lepas dari Partai Golkar. Karena ada kekhawatiran jangan sampai di masa proses pendaftaran sampai penetapan calon bisa ada celah untuk dipakai oleh pihak lawan. Katanya begitu, untuk supaya Pak Elly tidak maju calon gitu," terang adik dari Ketua DPD I PG Sulut Christiany Eugenia Paruntu SE (CEP) yang juga personil DPR-RI Sulut ini.

Lanjut Paruntu, dalam momen itu, sebagai kader partai, saya bilang pak gak mungkin dong masa kalau Partai Golkar enggak akan mungkin bereaksi lagi, karena sudah memberikan keputusan.

"Dan saya pun secara pribadi kalaupun ditanya mundur dari anggota DPRD nanti saya siap mundur untuk maju calon bersama bapak di wakil gubernur. Dan kalau diminta untuk saya mundur dari Partai Golkar, saya bertanya, pak emang harus gitu? Emang seperti itu untuk saya mundur dari Golkar. Karena saya ada sampai saat ini nama besar bisa diperoleh itu saya peroleh semuanya bersama Partai Golkar. Dan posisi saya pun bisa capai dalam posisi seperti ini karena saya rintis dari bawah bersama Partai Golkar. Dan kalaupun maju pilkada tetap ber KTA Golkar bersama partai lain kan juga sudah pernah dilakukan," urai MEP.

Dijelaskan, dalam pertemuan dengan E2L dia kembali menyampaikan komitmen untuk maju menjadi wakil gubernur dengan tetap tidak mundur dari keanggotaan Partai Golkar.

"Dan akhirnya setelah selesai pertemuan itu, Pak Elly hanya bermohon untuk coba dipikirkan kembali. Tapi saya menyampaikan jikalau pun saya harus mundur dari partai sepertinya saya emang enggak bisa gitu, saya emang enggak bisa," tegas dia.

Lanjutnya, dalam pilkada yah tentu tujuan kita menang, apapun dan bagaimana pun caranya tujuannya pasti sebuah kemenangan. Dan untuk bisa mencapai itu yang kita butuhkan hanya sebuah komitmen dan kepercayaan. Dan itu yang tetap saya jaga hingga momen terakhir.

Di momen terakhir menjelang pendaftaran calon dia mengaku mendapat kiriman informasi SK B1KWK dengan tanggal terakhir sudah bukan namanya lagi.

"Dan saat itu terjadi saya mohon pamit sama Pak Elly. Jadi itu emang keputusan dari Partai Demokrat. Mereka mungkin agak ragu dengan keberadaan saya dan komitmen saya mungkin. Saya menghormati hal itu, tetapi jangan sampai ceritanya jadi berubah di luar. Jadi saya tidak mundur, tidak pernah mundur. Kalaupun saya diganti saya menghormati keputusan mereka. Jadi enggak juga langsung marah-marah, yah enggak lah," imbuhnya.

Masyarakat masih berharap jika MEP yang akan mendampingin E2L.

"Kalau enggak salah sih sampai penetapan calon. Sebulan ada kali itu, saya menjelaskan satu demi satu kepada orang-orang, oh udah enggak, sudah bukan saya lagi, calonnya sudah begini, calonnya ini," katanya.

"Jadi menjelaskan satu demi satu, memang lumayan agak capek juga dan menguras energi. Dan komunikasi paling terakhir setelah 27 Agustus itu adalah di saat kampanye damai KPU Sulut, saya hadir di situ sebagai mewakili ketua DPRD provinsi, tetapi juga mewakili sebagai ketua DPD satu Partai Golkar. Ketemu di situ kita baik-baik aja, kan enggak juga berantem cuman tidak satu warna lagi ini gitu kan, udah enggak satu bendera lagi karena saya harus bawah nama Partai Golkar," tutupnya," tutup Ketua KP Remaja Sinode GMIM 2 periode ini. (*/red)



×
Berita Terbaru Update